https://www.blogger.com/rearrange?blogID=4930737963252201463§ionId=crosscol&action=editWidget&widgetType=HTML&referrer=directorySuper Kawaii Cute Cat Kaoani
Super Kawaii Cute Cat Kaoani

Kamis, 29 Agustus 2013

DENDAM eps. 01



Fahmi tidak pernah menyangka akan terlahir dengan keadaan yang cacat. Fisiknya sempurna, kedua kakinya berfungsi dengan baik, begitupun dengan tangan, telinga, mata dan hidungnya. Semuanya baik-baik saja. Hanya saja satu hal yang tidak pernah diinginkan, ia terlahir dengan satu ginjal. Satu ginjal untuk menopang seluruh aktivitas ekskresi dalam tubuhnya. Dia tampak selalu tegar dalam menjalani hidupnya yang mungkin sebenarnya tidak sempurna. Namun dia mencoba hidup layaknya manusia normal. Dia tidak sendiri. Kakaknya selalu mendampingi dan mengasihi dia sepenuh hati.
                “Kak, belum tidur?”
                “Belum, ada apa?”
                “Hera sakit, ka.”
                “Hera? Pacar baru kamu ?”
                “Iya kak. Dia kena gagal ginjal. Dan ginjal aku cocok.”
                “Apa? Kamu Cuma punya satu ginjal. Kenapa kamu malah mau ngedonorin ginjal
                 kamu.”
                “Aku engga mau putus sama Hera, kak.”
                “Maksud kamu?”
                “Hera memaksa aku untuk mendonorkan ginjal aku. Kalau aku engga ngasih ginjal ini,
                 Hera mau putusin aku. Lagipula Hera engga pernah tau kalau aku hanya memiliki
                 satu ginjal.”
                “Gila kamu!”
                “Aku baik-baik aja, kak.”
                “Gila! Ginjal kamu Cuma satu, mau kamu kasih ke cewe yang belum tentu cinta sama
                  kamu. Setelah itu kamu akan mati dan Hera akan bahagia dengan lelaki lain.”
                “Ini pengorbanan cintaku!”
                Fahmi pergi meninggalkan percakapan sengit itu. Suasana hening. Amarah Heru semakin melumpuhkan kesabarannya. Matanya masih menatap ke arah perginya Fahmi. Otot-otot tubuh Heru yang tegang mendadak melemas. Keringat dingin mengucur dari dahi hingga lehernya.
                “Kalau sampai terjadi sesuatu dengan Fahmi. Demi Tuhan aku bersumpah, aku akan
                 mengambil ginjal dari setiap wanita yang menjadi kekasihku nanti. Aku berjanji!”

                Matahari mulai terbit dari ufuk timur dengan kehangatan yang menyelimuti. Fahmi masih terbaring lemah dengan luka bekas operasi semalam. Dokter saja tidak mencegah hal tersebut. Entah apa yang telah Fahmi katakan kepada dokter, sampai dokter tetap melanjutkan operasinya malam itu.
                Suara telepon itu mengejutkan Heru yang masih terlelap dalam tidurnya.
                “Keluarga Fahmi?”
                “Betul.”
                Telepon genggam yang baru dibelinya seminggu yang lalu tiba-tiba terlepas dari genggamannya dan lalu perlahan Heru terduduk sambil melihat ke arah foto keluarga.
                “Maafin Heru, bu. Engga bisa jaga Fahmi.”

                Ya. Hal yang ditakutinya terjadi. Fahmi mengorbankan ketidaksempurnaannya itu untuk Hera yang ternyata tidak mencintai Fahmi sepenuhnya. Terlihat saat Hera telah sehat kembali dengan ginjalnya Fahmi, tak sedikitpun Hera menginjakkan kakinya di pusara Fahmi atau hanya sekedar menaruh bunga atau sekedar mendoakan Fahmi.
                Kebencian Heru semakin menjadi ketika Heru mendapati Hera sedang bersama lelaki lain, sebelum 40 hari kepergian Fahmi. Perempuan macam apa dia !
                “Pusara siapa?”
                Seorang wanita berjilbab mendekati Heru yang tengah meratapi kepergian adiknya.
                “Adik saya.”
                “Kenapa dia? Maaf itupun kalau boleh saya tau.”

           Heru pergi meninggalkan perempuan itu tanpa satu katapun yang keluar dari mulutnya.

                “Fahmi, mengapa kamu sebodoh itu! Lihat! Lihat! Tidak sedikitpun Hera menghargai pengorbanan kamu!”


Bersambung ...........................


0 komentar:

Posting Komentar