https://www.blogger.com/rearrange?blogID=4930737963252201463§ionId=crosscol&action=editWidget&widgetType=HTML&referrer=directorySuper Kawaii Cute Cat Kaoani
Super Kawaii Cute Cat Kaoani

Jumat, 30 Agustus 2013

Belajar Nulis Essai buat Event Essai Nasional yang Gagal Lolos heheeh


Menuju Pendidikan Berkormus
Tumbuhan bertalus adalah sebuah gambaran yang menggambarkan kondisi pendidikan di Indonesia. Tumbuhan bertalus dapat diartikan sebagai tumbuhan yang belum dapat dibedakan bagian-bagian tubuhnya seperti daun, batang, dan akarnya. Dalam hal ini daun dikatakan sebagai guru atau pendidik, batang dikatakan sebagai sarana dan prasarana, dan akar dikatakan sebagai pemerintah.
 Tumbuhan bertalus dapat dikatakan sebagai tumbuhan tingkat rendah, dan tidak akan menghasilkan buah. Begitu juga dengan kondisi pendidikan di Indonesia. Anatominya masih terlalu semu antara pendidikan yang benar-benar berjalan sesuai dengan tujuannya, pendidikan yang hanya mengacu kepada pangkat pejabat pendidikan, pendidikan yang mengacu terhadap formalitas pendidikan, dan pendidikan yang mengacu terhadap kegiatan mempertebal kantong pribadi pejabat pendidikan. Begitu juga dengan morfologinya, baik guru maupun pemerintah masih teramat semu.
Apa sebenarnya tujuan pendidikan di Indonesia?
Apakah tujuan pendidikan di Indonesia adalah mengoleksi sebanyak-banyaknya mantan menteri pendidikan beserta kebijakan kurikulumnya? Ataukah tujuan pendidikan di Indonesia adalah memproduksi buku pembelajaran sebanyak-banyaknya yang disesuaikan oleh kurikulum masing-masing? Bukankah hal tersebut hanya menguntungkan mereka yang duduk di kursi pejabat?
Berbicara mengenai tujuan pendidikan, mengapa pemerintah harus mempersulit kegiatan proses belajar mengajar. Padahal, urgensi yang paling penting terhadap kegiatan pendidikan adalah menghasilkan sebanyak-banyaknya individu bermoral, berdedikasi serta berprestasi, bukannya justru menghasilkan sebanyak-banyaknya rupiah demi kesejahteraan masing-masing.
Dalam suatu sistem, terdapat tiga tahapan utama yaitu adanya input, proses, serta output. Bukankah output yang diharapkan adalah individu yang berkarakter yang nantinya dapat menjadi penerus bangsa. Pemerintah sepertinya berpikir bagaimana nanti bukan nanti bagaimana. Yang terpenting bagi mereka adalah hari ini mendapat keuntungan sebesar-besarnya melalui sistem yang katanya disebut pendidikan, bukan memikirkan nasib generasi penerus bangsa di masa yang akan datang.
Ada baiknya kita paparkan satu per satu yang dimaksud dengan pendidikan di Indonesia yang bertalus. Ada tiga aspek yang dapat dirasakan sehingga pendidikan di Indonesia dapat dikatakan Pendidikan Bertalus. Yang pertama, tumbuhan dapat dicirikan dengan adanya daun yang tentu tidak dimiliki oleh makhluk lainnya, begitu juga dengan pendidikan. Guru menjadi ciri suatu sistem pendidikan yang bertugas mentransfer ilmu, serta memperbaiki karakter siswanya. Bagi daun sejati, mereka memiliki rupa yang jelas dan dapat berfotosintesis hingga menghasilkan cadangan makanan. Lantas apa hubungannya dengan guru? Guru sejati adalah bukan guru yang hanya makan gaji buta, guru sejati adalah guru yang jelas rupanya yang selalu hadir di dalam kelas demi menjalankan tugas mulianya dan guru sejati adalah guru yang mampu mentransfer ilmunya dengan baik sehingga akan tumbuh tunas-tunas bangsa yang baik. Tetapi sangat disayangkan, guru sejati di Indonesia dapat dihitung dengan jari. Sungguh memprihatinkan. Yang kedua adalah batang sebagai jalur bahan-bahan makanan serta nutrisi untuk daun dan berbagai bagian tubuh yang lainnya. Maksudnya adalah sarana dan prasarana yang dapat membantu jalannya pendidikan di Indonesia. Sungguh mengenaskan mengenai pemberitaan di media massa tentang guru yang lima bulan tidak mendapatkan haknya, juga berita mengenai gedung sekolah yang hampir ambruk, serta pemberitaan tentang siswa yang tidak dapat melanjutkan sekolahnya. Itulah sedikit gambaran tentang batang pendidikan di Indonesia yang masih semu. Yang ketiga adalah akar sebagai sumber penghidupan sebuah tumbuhan. Akar yang bertugas mencari makanan. Apa jadinya jika makanan yang diperoleh akar tidak dibagikan ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Apakah kita dapat membayangkan bagaimana jika akar memakan semua nutrisi yang diambilnya hanya untuk dirinya. Pernahkah membayangkan jika akar korupsi. Maka tumbuhan tersebut tidak akan mampu hidup lama. Begitu juga dengan akar pendidikan yang digambarkan sebagai sebuah pemerintahan. Saat ini pemerintah hanya mengacu terhadap formalitas pendidikan. Tentu masih segar dalam ingatan kita tentang kasus UN 2013 di Indonesia. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya ujian nasional sebenarnya masih menjadi perdebatan, namun ujian nasional dilaksanakan hanya sebagai formalitas semata. Apa sebenarnya tujuan ujian nasional yang dilaksanakan setiap tahun? Bagi mereka, ujian nasional dapat dijadikan sebuah event tahunan, event yang besar yang dapat mengisi APBN. Pihak-pihak nakal akan memanfaatkan event ini sebagai lahan keuntungan yang besar. Mereka dapat menganggarkan untuk ujian nasional misalnya 100 juta rupiah, apakah murni 100 juta rupiah diturunkan demi kelancaran ujian nasional? Lantas mengapa ujian nasional SMA tahun ini dianggap menjadi ujian nasional terburuk sepanjang masa. Entah itu adanya penundaan di berbagai wilayah, kertas LJK yang tidak layak dan berbagai isu-isu yang memalukan.
Itukah tujuan pendidikan yang sebenarnya? Mengapa kita mereka mencoba mengubah sudut pandang mereka, mengapa mereka tidak mencoba menaikkan pikiran mereka dari kantong celana ke hati nurani, dari kantong celana ke logika dan akal. Kapan pendidikan Indonesia akan menjadi tumbuhan berkormus? Tumbuhan yang memiliki pembuluh. Pendidikan yang menyejahterakan tanpa harus menampakkan wajahnya. Seperti dalam pembuluh, air serta mineral bergerak dari akar menuju seluruh organ tumbuhan, apakah jalannya air tersebut terlihat? Bukankah mereka bersembunyi namun tetap bergerak. Apakah pendidikan di Indonesia rela disamakan dengan tumbuhan?
Dalam prosesnya, tumbuhan yang asalnya bertalus tidak langsung bisa menjadi tumbuhan berkormus. Tetapi ada yang disebut dengan tumbuhan peralihan. Dalam hal ini yang disebut dengan tumbuhan peralihan adalah lumut. Lumut hanya memiliki daun yang sejati, selebihnya masih bersifat semu. Namun jika dibanding dengan tumbuhan berthallus tadi, tentu lumut satu langkah lebih maju dari tumbuhan bertalus. Jika kita menginginkan pendidikan kita disamakan dengan lumut berarti kita harus menciptakan guru yang sejati. Namun, apa hanya sampai pada tumbuhan peralihan saja. Target kita adalah menjadi pendidikan yang berkormus.
Kita dapat memulai dengan menyempurnakan akarnya terlebih dahulu yang berfungsi menopang bagian-bagian yang ada di atasnya. Sempurnakan dahulu kinerja dari pemerintah. Pemerintah harus memperluas permukaannya agar dapat menjangkau berbagai aspek yang diampu. Setelah dianggap sempurna, maka perlahan batang akan muncul dengan sendirinya, karena kesempurnaan pemerintahan menentukan sarana dan prasarana yang akan dianggarkan demi kelancaran pendidikan di Indonesia. Setelah semuanya tercapai maka akan terbentuk daun sejati, daun tempat dimana tumbuhan berfotosintesis, proses dimana guru dapat mengolah informasi dengan baik, yang menentukan hasil akhir dari proses pendidikan itu sendiri. Dan guru adalah pihak yang terjun langsung ke dalam dunia pendidikan yang menjadi faktor terpenting dalam pembentukan moral anak didik bangsa Indonesia.
Jadi pendidikan berkormus adalah pendidikan yang memiliki daun sejati, batang sejati serta akar sejati. Bagaimana caranya? Kejujuran. Satu kata yang memiliki berjuta makna. Tanamkanlah dalam diri kalian tentang kejujuran, apalagi bagi kalian selaku calon guru. Dengan kejujuran, maka akan terhindar dari penyalahgunaan serta penyelewengan. Sehingga pendidikan di Indonesia akan menjadi pendidikan yang berkormus. Mari tanamkan sifat jujur dan budayakan untuk tidak mementingkan diri sendiri di atas kepentingan kelompok.
Jika saat ini sudah terlambat, maka kita sebagai generasi penerus bangsa harus memiliki keinginan untuk mewujudkan itu semua, untuk mewujudkan pendidikan berkormus. Tanamkan sejak dini tentang kejujuran kepada generasi muda akan ke depannya menjadi individu yang jujur dan amanah.

  

0 komentar:

Posting Komentar